penulis : Novina Chrisdianto
Kisah seorang anak yang sudah 6 kali tertangkap SATPOL PP karena mengamen di jalanan. Lantas apa yang ia dapat setelah 6 kali tertangkap? Jera? Berhenti mengamen dan mencari pekerjaan lain? Atau di rumah membantu orang tua?
Ini kisah Roni (nama disamarkan) remaja 18 tahun yang sudah turun ke jalanan sejak umur 4 tahun.
Kami bertemu dengan Roni di Jl. Kyai Tambak Deres, Kenjeran, Surabaya. Roni bersama 6 temannya, lengkap dengan peralatan musik, mulai dari kentongan, piringan drum, dan juga kentrung ditangan mereka.
Mereka mengaku telah beroperasi selama bertahun-tahun, ketujuh anak itu hanya berkeliling di sekitar Kenjeran, tepatnya di perkampungan sepanjang Jl. Kyai Tambak Deres. Mereka mulai berangkat berkeliling dari pukul 16:00 hingga 22:00 WIB.
Dalam satu hari mereka bisa mengumpulkan uang sebanyak 400—500 ribu rupiah. Kemudian uang itu disetorkan kepada “ketua” mereka yang lokasinya tidak disebutkan dengan gamblang, yang jelas masih disekitar Kenjeran.
“…nanti uangnya disetor, Mbak. Terus dibagi, biasanya dikasih 400 terus dibagi bertujuh atau berlapan, tergantung yang ikut berapa.” Ungkap Roni kepada kami.
Setelah itu Roni juga menceritakan pengalamannya lari-larian dikejar SATPOL PP, sampai bisa ditangkap sebanyak 6 kali. Mirisnya kadang ia dikejar dan diteriaki maling.
“…kalau larinya kekencengan kadang diteriakin maling mbak, mending pasrah aja, daripada digebukin.” katanya.
Roni juga mengatakan bahwa ia sudah terbiasa dengan penangkapan tersebut. Tidak ada perlakukan kasar atau penyiksaan. Roni mengaku biasa saja, tidak ada hal spesial atau alasan yang membuatnya keluar dari lingkaran kehidupan jalanan.
“Ya gimana ya mbak, habis dibina, paling semingguan terus dilepas. Dibilang kapok ya gitu…Mau gimana lagi? Nyari kerja juga pada takut duluan, kalau gak ngamen saya mau makan apa?” ujar Roni.
Ia terpaksa harus turun ke jalanan sejak masih usia 4 tahun. Sebab kedua orangtuanya sudah berantakan. Ia bahkan tidak tahu dimana mereka saat ini.
“Orangtua, ya? Haha, gak tau mbak, yang penting saya bisa makan aja,” tutupnya sebelum mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju markas.