penulis : Febrianti Dewi
Seorang anak yang kurang beruntung dalam hal ekonomi dan keluarga sering kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk memenuhi hak-hak dasar mereka. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap berbagai faktor yang menyebabkan kemarjinalan. Salah satu contoh yang nyata adalah anak yatim piatu, yang sejak kecil tidak mengetahui siapa orang tuanya dan harus berjuang untuk hidupnya, meskipun berada dalam naungan sebuah panti asuhan. Mereka tetap memiliki mimpi besar untuk masa depan mereka, meskipun seringkali terpinggirkan dalam pergaulan sosial.
Fahmi, seorang anak laki-laki yang saat ini akan memasuki dunia SMA, bercerita bahwa saat di SMP sering kali dipojokkan oleh teman-temannya dan hanya memiliki sedikit teman. Saya bertemu dengannya di Panti Asuhan di daerah Rungkut. Fahmi adalah anak yang pendiam dan pemalu. Namun, di balik sikapnya tersebut, Fahmi memiliki mimpi besar untuk menjadi seorang pengusaha sukses dan berharap dapat menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan agamanya.
Di sisi lain, ada Saiful, seorang anak yang akan masuk ke kelas 3 Sekolah Dasar. Saiful memiliki mimpi besar untuk menjadi seorang YouTuber terkenal dan sangat ingin belajar bahasa Inggris.
Anak-anak seperti Fahmi dan Saiful adalah bukti bahwa keterbatasan ekonomi dan latar belakang keluarga bukanlah penghalang untuk memiliki mimpi yang besar. Mereka adalah anak-anak yang memiliki tekad kuat untuk meraih impian.